Perlahan aku menindihnya, kemudian mulut kami beradu dengan dahsyatnya terdengar bersuara begitu kerasnya, aku menciuminya dengan penuh nafsu. Lalu aku menurunkan ciumanku ke arah leher, mama sedikit melenguh, ketika ciumanku sampai di daerah puting susunya. Kuhisap dan kulum puting yangberwarna kemerahan itu. Kembali ciuman kuturunkan sampai mengelilingi pusar yang kelihatan begitu bersihnya.
“Uhh..” mama melenguh keras saat lidahku menyentuh klitorisnya. Vaginanya begitu basah denganbau khas yang menambah seleraku untuk menjilatinya, kucoba untuk menjilati daerah basah tersebut. Ufssh.. Asin dan terasa seperti sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya tapi keadaan itu tak membuatku menghentikan kegiatanku, aku terus menjilatinya bahkan semakin rakus seperti ingin membersihkan vagina orang yang paling kusayangi tersebut.
“Mmmhh.. sstt..” mama menjerit tertahan saat kucoba memasukkan jari tengahku ke dalam dirinya, terasa begitu hangat dan lembab. Kocokan keluar masuk tanganku semakin membuat mama kelojotan tak tentu arah, mama mulai menggerakkan pinggulnya yang tadi hanya diam karena itu aku yakin mama dalam keadaan sangat terangsang. Aku terus menjilati klitorisnya sembari jari tengahku keluar masuk melewati pintu sempit vagina mama. Semakin liar mama menggerak-gerakkan pinggulnya seolah ingin cepat sampai pada orgasmenya. Aku sudah tak tahan, secepat kilat aku menjajarinya, kuciumi mulut tipis mama, kuhisap sepenuh tenaga. Hingga kurasakan penisku digenggam oleh mama dan secara paksa menariknya mendekati lubang kewanitaannya.
“Cepat sayang.. tekan,” mama memohon padaku untuk segera memasukkan penisku ke arahnya.
Perlahan kutekan sambil menikmati sensasi yang timbul ketika menyaksikan wajah mama meringis menahan sesuatu saat penisku melewati dinding dinding sempit vaginanya secara perlahan.
“Bless..” akhirnya penisku terbenam seluruhnya dan tepat mengenai mulut rahim yang kenyal.
“Ouhh.. Donny sayang,” mama kembali melenguh saat kucoba untuk menarik penisku secara perlahan dan kembali membenamkannya hingga amblas seluruhnya. Pinggul mama mulai bergoyang lagi mengimbangi tusukanku yang tetap konsisten berirama pelan. Suara decakan vagina yang beradu dengan penis mulai terdengar karena kurasakan mama adalah tipe wanita dengan vagina yang becek, namun di situlah nikmatnya berhubungan seks dengan mama, suara itu seperti menambah semangatku untuk terus memacunya.
“Teruskan sayang.. terus..” mama mulai meracau tak karuan, saat hentakanku semakin cepat frekuensinya. Hal ini membuat suara decakan vaginanya semakin terdengar keras, membuat mama terus menjerit tertahan. Akupun seperti ingin melepaskan sesuatu tapi tetap kutahan, aku ingin mencapai orgasme bersamaan dengan mama. Aku semakin mempercepat gerakanku, “Lagi sedikit sayang..” Mama mulai meringis, menantikan malaikat kenikmatan datang menjemputnya. Ketika tiba-tiba, “Ouhhsstt Donny..” mama sepertinya telah bertemu dengan malaikat itu. Kurasakan vaginanyaberdenyut memijit penisku, aku terus memacu agar malaikat itu jangan pergi meninggalkanku, ketika tak lama berselang, “Cret.. creet.. creet..” penisku menyemburkan lahar panas di dalam vagina mama. Kami tidur memulihkan tenaga, sesaat kemudian mama bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan vaginanya, dan kali ini tanpa air mata penyesalan. Begitu balik, langsung memelukku. Kami pun tidur sambil berpelukkan mesra.
Aku masih terpaku menyaksikan foto ayah, aku benar-benar merasa berdosa terhadapnya, aku merasa tak mampu menjaga mama dengan baik, atau mungkin mama yang tidak berhasil mendidikku menjadi anak yang baik. Saat ini mama sedang menjaga toko milik kami, walaupun sudah ada karayawan, mama selalu menyempatkan diri diakhir hari untik mengecek secara langsung laba yang di peroleh.
Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara bel menandakan kalau di luar ada tamu, cepat aku membukakan pintu. Ternyata seorang wanita paruh baya telah berdiri di depanku dengan anggunnya, kelihatan sekali kalau dia seorang wanita kantoran yang selalu sibuk dengan urusan, sepertinya dia seumuran dengan mama.
“Kami dari asuransi xx(edited), dan telah melakukan janji dengan ibu Ernie” sapa wanita itu dengan ramah.
“Oh iya.. silakan masuk Bu.” aku mempersilakan wanita itu untuk duduk, tak lama kemudian aku melaju dengan sepeda motorku menjemput mama di toko yang jaraknya cuma seratus meter dari rumah.
“Ehh.. ibu maafkan saya Bu saya lupa kalau ada janji dengan ibu hari ini,” kata mama dari luar ruangan begitu sampai sembari cepat duduk di kursi.
“Ah nggak apa-apa kok Bu,” sahut wanita itu tersenyum ramah.
Kemudian mereka bicara panjang sekali kali diselingi tawa renyah keluar dari mulut mereka berdua. Menurutku itu adalah kelebihan seorang pegawai asuransi untuk selalu familiar terhadap klien-nya. Sejam kemudian setelah mereka berbicara panjang akhirnya wanita itu pamit pulang, mama menutup pintu ketika aku mengambil formulir asuransi di meja. Aku melihat isi formulir itu ternyata ada dua. Ternyata mama akan mengasuransikan pendidikanku sebesar $4000 yang akandiangsur secara triwulan, lembar lainnya akan mengasuransikan toko kami tanpa ada nominalnya. Akupun memeluk mama kuucapkan terima kasih padanya, mama hanya tersenyum sambil mengatakan kalau itu memang sudah menjadi kewajibannya.
Keesokan harinya wanita itu datang lagi, kali ini mama sendiri yang membukakannya pintu. Kembali suara tawa riang renyah terdengar dari mulut mereka berdua, aku pun merasa happy melihat mama telah mempunyai teman baru yang baik, kukatakan baik karena saat itu di belakang aku sedang menyantap black forest bingkisannya. Karena selama ini mama terlalu sibuk dengan urusannya mengurus toko hingga jarang mempunyai teman seperti wanita itu. Mereka pun kelihatan akrabsekali.
Dua jam mereka bicara ketika wanita itu pamit pulang Mama menceritakan padaku kalau wanita itu bernama Ni Wxx Ayu Wxx(edited), orang Bali namun terlahir dan besar di Jakarta, juga tentang profesinya selain pegawai kantor asuransi juga instruktur fitness pada suatu fitness center, tak ketinggalan statusnya yang janda tanpa anak. Ooo.. batinku mengatakan pantas saja mereka akrab rupanya sama sama janda.
Keesokan harinya wanita itu datang lagi namun kali ini sedikit lebih pagi, saat itu jam menunjukkan pukul delapan. Aku membukakannya pintu.
“Hai Donny,” sapanya masih ramah seperti kemarin.
“Tante Ayu..” jawabku ringan sembari mempersilakan Tante Ayu masuk. Mama keluar dari kamar dengan pakaian santainya, celana jeans dengan atasan kaos biasa, walau begitu tak memudarkan kecantikan alaminya. Dengan meminta izin kepadaku mama pun keluar dengan Tante Ayu. Lama aku menanti mama ketika pukul 11:00 terdengar suara klakson mobil, mama turun dari mobil ketika mobil Tante Ayu melaju entah kemana. Aku melihat mama membawa beberapa tas, rupanya ia barudari mall. Tak sabar aku ingin melihat apa yang ada di dalam tas itu. Ketika kulihat beberapa potong pakaian senam.
loading...
“Mama mau ikut senam ya?” tanyaku heran.
“Iya.. bolehkan..” jawabnya sambil memandangku.
“Enak lho yang ngajarin Tante Ayu langsung..” sambungnya kembali.
“Berarti Donny nanti sendiri di rumah dong..” ujarku dengan nada tak terima.
“Nggak lah sayang, pokoknya Donny ikut kemana pun mama pergi,” ujar mama meyakinkanku.
“Dan Tante Ayu bisa mengerti hal itu..” sambungnya kembali membuatku benar-benar merasa tenang.
Dua hari setelah itu aku mengantarkan mama untuk pertama kalinya ke tempat senam yang dituju, di sana Tante Ayu sudah menunggu dengan pakaian senamnya, oleh Tante Ayu aku dibawa ke ruangan khusus dimana aku bebas melihat ke mana pun namun aku sendiri tak terlihat dari luar. Mama mulai membuka pakaian luarnya, karena sejak dari rumah mama sudah memakai baju senamnya. Terlihat sekali walaupun Tante Ayu adalah instruktur senam, namun tubuh mama mampu mengimbanginya walaupun mama tak pernah melakukan senam apapun. Kelihatan sekali mama masih canggung dalam gerakan-gerakan senam ketika wanita wanita lain mengikuti dengan lancar gerakan gerakan yang Tante Ayu perlihatkan.
Akhirnya senam pun selesai dan aku akan keluar dari penjara ini menurut batinku. Begitu aku akan memegang gagang pintu, aku melihat dua pemuda dengan badan kekar masuk, ketika ruangan telah sepi dan meninggalkan mama dan Tante Ayu, sejenak aku menahan hasratku untuk keluar dari ruangan itu. Salah seorang bahkan menggandeng Tante Ayu, tanpa canggung mereka berpelukan mesra, mamaku masih duduk di pojok saat Tante Ayu mengenalkan para lelaki kekar itu satu-persatu. Kemudian Tante Ayu mengajak mama dan para pemuda itu ke ruangan sebelahnya, walaupun agak terhalang tapi aku masih bisa melihat keseluruhan ruangan dengan menaiki kursi.
Tante Ayu kembali bercanda dengan pemuda itu sesekali lelaki itu menjawil pantat Tante Ayu.
“Bu Ernie ngomong dong,” ujar Tante Ayu kepada mama.
“Oh iya..” tiba-tiba mama manjawab tapi masih malu-malu.
Tante Ayu terus bermesraan dengan pemuda itu, bahkan saat itu Tante Ayu duduk di pangkuannya. Mama masih terdiam membisu saat seorang lagi mendekati mama.
“Hai Mbak.. kok dari tadi diam aja sih,” tanya lelaki itu.
“Ah nggak kok..” ujar mama merasa risih.
“Mungkin Mbak Ernie masih canggung ya?” lanjutnya kembali, mama masih diam namun sedikit tersenyum.
” Mbak.. di luar aja yuk, khan nggak enak.. mengganggu Mbak Ayu di sini..” sepertinya laki-laki itu pintar memanfaatkan suasana. Berkata demikian kemudian laki-laki itu menggandeng mama untuk kembali berada di ruangan senam, dan mama hanya nurut saja saat itu.
Mama duduk berdampingan dengan pemuda itu, sementara Tante Ayu terdengar mulai mendesah, saat itu kalau kulihat pakaian senamnya telah merosot sampai perutnya. Mama hanya menggigit bibir mendengar desahan nafas Tante Ayu.
“Mbak ernie kelihatannya lembut sekali..” pemuda itu mulai merayu mama.
“Ah kamu bisa aja..” sahut mama mulai melayani pembicaraannya.
“Pasti banyak laki-laki naksir sama Mbak.” lanjut pemuda itu sambil melingkarkan tangan kirinya di pinggang mama. Mama masih diam tidak berusaha untuk menghindar. Kembali terdengar suara lenguhan Tante Ayu yang begitu kerasnya, karena saat itu Tante Ayu telah telanjang total begitu juga dengan pemuda itu, nampak bulu-bulu yang sangat lebat menghiasi selangkangan Tante Ayu.
Tiba-tiba mama berdiri..
“Maaf Mas, aku akui aku sedang bernafsu, tapi tidak sama kamu..” mama mulai membentak saat tangan pemuda itu menyentuh buah dada mama. Merasa terhina pemuda itu pergi entah kemana. Tak lama kemudian aku pun keluar dari ruangan itu, belum selesai aku menutup pintunya mama menghampiriku dan mendorongku masuk kembali. Mama menutup pintu itu kemudian memburuku. Habis sudah mulutku diciumi. Pakaianku dibuka dengan paksa, sekejap saja aku dalam keadaan bugil. Mama mengelus penisku yang sudah menjulang tinggi. Berusaha untuk memasukkannya ke dalam mulutnya yang kurasa begitu tipis dan mungilnya, walau begitu akhirnya masuk juga walau serasa dipaksakan.
Tak lama kemudian mama membuka pakaian senamnya sendiri, bau keringat mama menambah daya tariknya. Aku memeluknya dari belakang, meremas buah dada yang kenyal nikmat. “Mama sayang kamu Don.. ujarnya lirih sambil meremas penisku. Aku tak berkata apapun selain menyuruhnya untuk nungging. Mama mau saja saat kutusuk vaginanya dari belakang. Aku mulai melakukan gerakan maju mundur. Vagina mama serasa lebih sempit karena faktor gaya nungging tersebut. Tak lama kemudian mama menyuruhku mencabut penisku.
“Mama nggak bisa menikmati..” katanya berkeluh padaku. Akupun disuruhnya duduk di kursi ketika mama mulai mengangkangiku berhadapan dan memasukkan penisku secara perlahan ke dalam dirinya. Aku cukup senang dengan gaya itu mama duduk di pangkuanku dan buah dadanya tepat berada di mulutku. Rakus aku menjilati dada yang menjulang menantang itu, saat mama mulai melakukan aksinya menurun naikkan tubuh indahnya di hadapanku.
“Ouh.. Mama..” tak sadar aku bicara demikian, mama meringis namun terus menutup mulutnya rapat rapat. Mama menggerakkan pinggulnya dengan berbagai variasi kadang memutar, maju mundur dan turun naik, semua berirama membuat aku tak tahan. Ketika 5 menit kemudian..
“Ma.. Donny mau keluar..” bisikku pelan.
“Tahan sayang, tunggu mama lagi sebentar..” ujar mama pelan seperti takut kedengaran, mama terus memutar-mutarkan pinggulnya membikin penisku pusing tujuh keliling, ketika tak lama kemudian..
“Ukkhh.. sstt..” bersamaan kami mencapai puncak kenikmatan yang kami daki. Mama menciumiku mesra. Beberapa saat kami saling pagut sebagai tanda kasih sayang diantara kami berdua. Aku merasa mama adalah bidadariku yang tercantik. Setelah itu kami pun keluar dari ruangan itu untuk selanjutnya pulang tanpa pamit kepada Tante Ayu.
TAMAT
Ngewe Mamaku Yang Seorang Janda - Part 1 - Cerita Sexx Sedarah
Ngewe Mamaku Yang Seorang Janda - Part 2 - Cerita Sexx Sedarah
Ngewe Mamaku Yang Seorang Janda - Part 3 - Cerita Sexx Sedarah