Aku hanya bisa memandangi foto orang yang menurut mama adalah ayahku. Disaat aku menyesali segala macam perbuatan terkutukku terhadap mama, orang yang selama 18 tahun telah merawatku seorang diri hingga tumbuh menjadi seperti ini. Aku terlahir sebagai anak yatim karena tak pernah melihat ayahku kecuali foto yang kusaksikan saat ini. Ayahku tewas kecelakaan saat akudalam kandungan. Dulu ayahku adalah seorang pekerja proyek bangunan irigasi, hingga selalu bekerja berpindah-pindah dari satu pelosok ke pelosok lainnya.
Pada suatu saat di dusun pedalaman sumatera barat, ayahku berkenalan dengan seorang gadis yangselanjutnya menjadi ibuku. Memang mama terlalu dini untuk menikah, saat itu ayahku berumur 27 tahun sedangkan mama baru berumur 15 tahun tapi hal itu bukan menjadi penghalang mereka untuk menikah. Saat itulah ayahku memboyong mama ke jakarta. Namun naas tak dapat dihindari, tiga bulan kemudian ayahku tewas dalam kecelakaan lalu linrtas. Dari saat itu mama mengasuhku seorang diri dengan membuka toko kelontong kecil dari uang sisa warisan ayahku hingga berkembangseperti saat ini.
Kejadiannya bermula ketika ujian EBTANAS selesai, waktu itu pukul 9:00 pagi. Aku langsung saja meluncur pulang karena memang aku mesti pulang. Sesampainya di rumah aku melihat mama sedang memasak makanan, hal itu biasa dan memang seperti biasanya, yang luar biasa adalah saat itu mama hanya menggunakan daster yang sangat pendek, hanya setengah paha.
“Ma.. itu baju siapa?” tanyaku heran. Aku dapat melihat walaupun diumurnya yang akan menginjak 34 tahun tapi mama masih memiliki tubuh yang sintal, terlihat dari balik daster itu masih menampakkan tonjolan di pantat dan dadanya. Aku pun larut membantu mama menyiapkan bahan masakan, tapi kembali aku terpaku disaat duduk berhadapan mengiris sayuran, mataku menangkap warna putih celana dalam mama, sebenarnya mama duduk dalam posisi yang biasa, namun ia belum sadar kalau saat itu ia hanya menggunakan daster pendek, aku berusaha mangalihkan pandanganku, tapi selalu saja kembali melirik ke arah itu sampai akhirnya aku tertangkap basah, saat aku melirik disaat itu pula mama melihat ke arahku, kemudian secara perlahan ia merapatkan pahanya. Kejadian itu membuatku tidak tenang, selalu akumemikirkan apa yang ada di balik warna putih kain penutup tersebut, walau aku selalu mendapatkan ranking di kelasku tapi dalam hal wanita dan isi dalamnya, aku berada di nomor 39 alias nomor absensi terakhir di kelasku. Hal ini menimbulkan ide edan di kepalaku, tanpa sepengetahuan mama, lubang kunci pintu kamar mandi akan menjadi teropongku! Benar saja sekitar pukul 5 sore jadwal mama mandi. Aku pura pura saja membaca koran di ruang tamu manakala mama lewat hanyamelilitkan handuk di tubuhnya.
“Donny.. udah mandi belumm?” tanyanya sembari berlalu. “Iya ntar.. Mama dulu deh” sahutku sambil berpura-pura serius membaca koran. Aku mendengar suara pintu kamar mandi ditutup, secepat kilat aku berlari untuk menngintip. Perlahan mama melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya. Hufss.. tampaknya tak ada lagi yang menutupi tubuh mama, dadanya tampak membulat indah, dengan bulu-bulu lembut menghiasi selangkangannya, lalu ia mulai mengguyurkan tubuhnya denghan air. “Jduk..” tiba-tibakepalaku terbentur gagang pintu karena kurang konsentrasi. Aku tak tahu apakah mama merasa curiga atau tidak karena saat itu aku telah lari kembali ke ruang tamu.
Seminggu telah berlalu dari kejadian tersebut dan kini aku telah mempunyai ide yang lebih edan lagi, “Obat tidur!” Aku membeli pil atifan, kata temanku itu adalah pil penenang dengan efek samping tidur. Disaat makan siang aku membubuhkan atifan yang telah kutumbuk menjadi tepung ke gelas mama. Ternyata memang benar, tak beberapa lama berselang mama telah pulas di kamarnya. Aku menuju kamar mama sejam kemudian, aku berusaha untuk membangunkannya untuk meyakinkan bahwa ia benar-benar tidur.
“Ma.. ma.. Mama..” tak ada reaksi, aku memegang tangannya untuk lebih yakin lagi, tapi masih juga tak ada reaksi, aku merasa lega. Namun masalah kemudian timbul, saat itu mama menggunakan celana panjang lantaran tak sempat untuk mengganti dengan daster tidurnya.
Perlahan aku membelai wajahnya, mama memang mempunyai wajah yang sangat cantik, setidaknya itu menurutku. Setelah puas, belaian tanganku mulai turun ke pangkal lehernya yang putih mulus dan jenjang. Ada rasa hangat mulai berdesir di tubuhku, jantungku mulai berpacu tak normal. Sangat pelan aku mulai meraba dada yang masih terbalut oleh bra berwarna krem. Aku sudah tidak sabaringin melihat yang lebih jauh lagi. Perlahan sekali aku melepaskan kancing celana panjangnya, kemdian menurunkan reitslitingnya lebih perlahan lagi, yang kemudian menampakkan celana dalam warna krem juga. Saat itu aku merasa telah berada di dunia lain karena jantungku berdetak begitu kencangnya. Dari ujung kaki aku menarik celana panjang hitam itu hingga terlepas sama sekali. Tak lupa celana dalam krem itupun kulorotkan juga. Dalam seumur hidup, baru saat itulah kalipertama aku melihat vagina seorang wanita dari jarak yang begitu dekatnya. Kucoba untuk meregangkan kedua pahanya untuk memperhatikan lebih detail isi dari vagina wanita. Hufhh.. dengan warnan kemerahan sepertinya menantang untuk disentuh, kucoba untuk membelainya kemudian memasukkan jari tengahku ke dalam lubang hangat tersebut, ternyata masih sempit. Sampai disitu aku tak melanjutkan aksiku, kupakaikan kembali pakaiannya seperti semula, akhirnya aku onani sendiri di kamar mandi.
Setelah kejadian itu aku jadi semakin berani, saat bercanda dengan mama aku sering mencubit pantatnya bahkan kadang aku sudah berani mencium belakang lehernya, tapi aku tak tahu apakah mama masih menganggapnya itu suatu kewajaran atau mama telah sadar bahwa ada kelainan pada diriku tapi berpura-pura tidak tahu. Terakhir, aku menyewa sebuah VCD, walaupun bukan filmporno tapi dapat dikatakan film itu setingkat diatas film semi.
“Ma.. umur Donny sekarang berapa?” tanyaku mencari alasan. “18.. emang kenapa sayang?” jawabnya sambil mengerutkan dahi. “Berarti Donny boleh nonton film 17 tahun ke atas, khan?” lanjutku kembali. “Bolehh.. Donny khan sudah besar..” sahut mama membuatku merasa dewasa. “Mau khan Mama nonton bareng Donny?” pintaku, dan aku merasa senang saat mama menganggukkan kepalanya tanda ia mau menemaniku. Terlebih saat itu mama memakai daster pendeknya lagi.
Sepuluh menit berlalu setelah film di putar, posisinya masih seperti semula, aku memeluk mama dari belakang karena memang sebelumnya adalah biasa kalau aku memeluk mama saat nonton film.Adegan mulai panas ketika memasuki menit ke 15, tak terasa adik kecilku mulai bangkit dari tidurnya, sialnya lagi badan mama menempel di tubuhku hingga menyulitkan posisi adikku, untungnya mama mengerti, kemudian menarik badan untuk tidak bersandar lagi ke tubuhku. Kesempatan itu kugunakan untuk memperbaiki posisi adikku. Tak berselang lama kemudian aku memeluk mama lagi, perlahan kutarik tubuhnya untuk bersandar lagi di dadaku. Aku tidak tahu apakah ia merasakan di punggungnya ada benda keras melintang, sementara tanganku masih melingkar manis di perutnya yang ramping.
Adegan film semakin panas, kami hening tak bicara, yang ada hanya suara cegukan air ludah yangditelan paksa keluar dari mulut kami berdua. Aku semakin memeluknya lebih erat lagi, mama masih diam dan terus menyaksikan film, darahku sepertinya berdesir hebat, kuberanikan diri kembali untuk mengecup leher bagian belakangnya, satu dua kali mama masih terpaku diam. Akhirnya kubuka pembicaraan. “Gimana sih rasanya gituan..” tanyaku lirih ketika di layar TV adegan telah menjurus ke hubungan seks. “Nggak tau Don.. Mama juga sudah lupa..” jawabnya lebih lirih lagi tapi matanya tetap lurus ke layar TV. “Mama nggak pengen gituan lagi?” tanyaku terbata-bata. Yang pasti pertanyaanku tidak terjawab karena setelah itu hening kembali, sepertinya mama sangat menikmati film tersebut dan tidak mempedulikan semua pertanyaanku.
Pelan sekali aku mulai menggerak-gerakan tangan di sekitar perutnya, dasternya begitu tipishingga terasa sekali kalau tanganku sedang mengitari pusarnya. Aku menciumi lagi leher bagian belakang, antara hidup dan mati aku memberanikan diri untuk menaikkan rabaan tanganku hingga pelan namun pasti tanganku sampai di dada yang menurutku tidak begitu besar tapi masih padat dan montok.
“Ehem..” mama terbatuk, entah sengaja atau tidak hal itu seperti halilintar bagiku dan menampar pipiku. Tapi sampai saat itu mama masih membiarkan tanganku di dadanya. Aku memberanikan diri lagi untuk mencium belakang lehernya, nafasku seperti memburu, aku sudah lupa diri, kuciumi semua leher sampai belakang telinganya.
“Hhhsstthh..” terdengar suara rintihan mama walau pelan tapi terdengar begitu berarti bagiku. Tanganku mulai meremas dadanya, sedangkan tangan kiriku mulai turun menyingkap daster mininya. “Donny jangan nakal ahh..” mama mulai bicara namun masih juga belum menangkis tanganku. Suaranya begitu pelan dan lembut. Akupun mulai menurunkan reitliting daster yang ada dipunggung mama, hingga sebatas pinggang. “Donny jangan..” Mama mulai bereaksi namun masih belum menghindar. Kuciumi punggung indah mama sembari tanganku berusaha untuk melepaskan tali BH-nya hingga terlepas sama sekali. “Sayang mau ngapain sih..” ujar mama sambil menyeringai penuh arti. Aku terus berusaha untuk menelanjangi mama. Aku melorotkan daster mini itu, dengan mengangkati sedikit saja pantatnya untuk meloloskan daster itu, lepaslah daster mini aduhai tersebut. Kini mama hanya menggunakan celana dalam saja, tanganku tak henti-hentinya meremas dada mama.
“Hhssthh.. Donny..” mama merintih menikmati belaianku. Di layar TV nampak adegan permainan yangsensasional, mama terus memandangi film itu sambil menikmati remasanku. Aku mulai mengusap celana dalam mama, mama masih diam. Perlahan kugosokkan secara melingkar, sepertinya mama menikmati setiap sensasi yang kuberikan. Perlahan aku mulai membuka celana dalam mama, dan sepertinya mama memberikan jalan untuk itu, dalam sekejap celana dalam itu telah berada disampingku alias mama telah bugil total. Kembali tanganku mengusap vagina yang sudah sangat basahbahkan cenderung becek itu, sangat hangat dan seperti ada denyutannya.
“Uhh.. Donny jahat..” kata mama sambil meringis kenikmatan. Kini aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya, tapi sepertinya mama menolak, mama tak mau berhadapan denganku. “Jangan sayang, ini Mama lho bukan orang lain..” kata mama lagi, kesempatan itu kugunakan untuk membuka bajuku sendiri dalam sekejap aku telah bugil juga. Aku masih berusaha untuk menciumi bibirnya.
Dua menit kemudian baru aku mendapatkan. Aku merebahkan mama di lantai, seluruh bibirnya telah kulumat dan mama membalas dengan sangat garang sepertinya ia sangat haus akan sentuhan setelah sekian lama tak terjamah laki-laki. Aku menindih mama. “Donny..?” ujar mama sambil membeliakkan matanya seolah tak percaya dengan yang digenggam, ketika tangannya memegang adikku yang sangat sangat tegang. “Emang kenapa Ma..?” tanyaku disela-sela nafasku yang makin memburu.Mama kembali terdiam, sedangkan aku terus merangsangnya, aku tak mau mama keburu sadar, pikirkukalau basah ya mandi sekalian. Aku berusaha memasukkan penisku ke vaginanya namun selalu meleset dan meleset, sepertinya ukuran penisku terlalu besar untuk ukuran vagina mama. Di samping mamayang selalu menhindari tusukanku.
“Ma.. nggak bisa masuk” ujarku perlahan. “Jangan ya sayang ya, ini mama lho..” mama mulai melarangku sambil membelai rambutku sepertinya ia mulai tersadar. “Donny tau kok, Mama pengen juga khan? ” aku berusaha untuk menghindar disalahkan. “Mama nggak munafik, mama akui mama pengen, tapi jangan sama Donny dong..” jawab mama lembut untuk meyakinkanku. “Berarti Mama pengen gituan sama orang ya?” tanyaku balik tak terima. Sejenak mama terdiam membisu, sekilas aku melihat mata mama mulai berkaca-kaca. Seolah mama tak percaya dengan apa yang baru kuucapkan. Kemudian berkata, “Mama nggak mungkin gituan sama orang lain, mama terlalu sayang sama Donny.. nggak pernah terlintas di kepala mama untuk mencari laki-laki lain..” mama mulai menangis yang membuatku diam sejuta bahasa. “Bahkan mama rela mati untuk Donny.” lanjutnya kembali sambil mengusap air mata yang mulai menetes. “Mama nggak tega untuk meninggalkan Donny.” kembali mama melanjutkan kesahnya.
Aku merebahkan tubuh di samping mama, kondisi kami berdua masih bugil, sedangkan film di TV telah kumatikan. Kami diam, hening sunyi tanpa ada pembicaraan berarti. Aku berpikir bahwa aku benar-benar anak durhaka, bahkan mama sendiri ingin kutiduri.
Ketika tiba-tiba mama bersuara pelan, ” Kenapa sih Donny pengen tidurin mama..” tanya mamaterdengar seperti pertanyaan seorang hakim di pengadilan. “Mama.. cantik.” ujarku pelan hampir tak terdengar. “Karena Donny sayang Mama,” lanjutku kembali berusaha untuk meyakinkan mama. “Mama juga sayang sama Donny, tapi apa harus seperti ini penyampaiannya.” tanya mama lagi lebih mendetail. “Iya emang Donny salah kok.. Donny salah.. Donny salah..” tukasku keras sambil duduk dan memakai celana dalam yang sejak tadi berserakan. “Donny marahh?” ujar mama lembut sambil berusaha meraih kepalaku untuk mengelus rambut yang acak-acakan.
Ngewe Mamaku Yang Seorang Janda - Part 1 - Cerita Sexx Sedarah
Ngewe Mamaku Yang Seorang Janda - Part 2 - Cerita Sexx Sedarah
Ngewe Mamaku Yang Seorang Janda - Part 3 - Cerita Sexx Sedarah