Setiap malam hari aku terus berpikir tentang kejadian itu kembali mengingat gerakan demi gerakan yang aku lakukan dan yang anak ku lakukan, dengan jelas sekali tergambar di dalam benakku dan kejadian itu benar2 menggetarkan hatiku dan membuatku sangat gerah dan gemas, saat anak laki ku menyemprotkan Spermanya sambil melihat Ibunya orgasme dengan liar berkali kali dihadapannya, tapi tetap saja peristiwa itu membuatku kagum walaupun aku merasa jijik dan muak bila mengingatnya. Semua kejadian saat itu secara terperinci berdesir ke di dalam benaku dan terus bertanya kepada diriku, mengapa aku mengizinkan itu terjadi. Apakah aku membutuhkan kejadian seperti malam itu, untuk membangkitkan gairah nafsuku, dengan cara mempertontonkan ketelanjanganku dan gaya masturbasiku di depan anakku? Aku berpikir dan menyadari bahwa aku tidak mempunyai jawaban untuk hal tersebut, dan aku meragukan kapan aku bisa menjawab pertanyaan itu.
Aku tidak tau mengapa, saat aku sudah terhanyut di dalam tidurku, dan aku terbangun sudah di pagi yang baru, dan aku cepat2 mengganti gaun tidurku yang sangat sexy itu yang memang setiap malam aku gunakan untuk tidur, memang aku akui setelah kejadian itu aku pernah bersumpah dengan sumpah serapahku untuk tidak akan pernah menggunakan gaun tidur itu lagi, aku merasa kotor, nista dan sangat mesum jika teringat kembali saat aku merasakan nikmatnya suatu kepuasan oragasme yang sangat tinggi yang pernah terjadi dalam hidupku dari masturbasi kali itu, dengan melihat Anak lakiku yang sedang oragasme menyemprotkan sperma serta ceceran spremanya mengalir ke lantai, dan melihat diriku yang sedang menyetubuhi diri sendiri. Langsung aku lepas gaun tidurku itu dan mengambil kimono ku memakai dan mengikatkan talinya di pinggangku. Dengan cepat aku menuju ke kamar mandi untuk segera mandi dan membersihkan diri, karena aku merasa jijik dan muak kepada diriku sendiri setelah semalaman tidur dengan gaunku itu. Sekarang aku mulai mengetuk dahulu pintu kamar madiku sebelum aku menerobos masuk kedalam, aku selalu waspada terhadap segala hal, jika ada yang diam2 mengintip atau tidak sengaja memperhatikan diriku sewaktu aku mandi atau berganti pakaian, tapi kadang aku juga berharap untuk tau jika memang dia sedang mengintip atau memperhatikanku selagi aku mandi atau mengganti pakaian.
Yang aku takutkan dan yang aku harapkan pun terjadi, ketika ku buka pintu kamar mandi, aku melihat sesosok tubuh yang ternyata adalah Anak laki ku yang sedang asik berada dibawah pancuran air dimana dia sedang mengocok batang penisnya yang keras dan besar dengan sangat liar dengan buih2 sabun yang berlumur pada tangan dan penisnya. Aku berdiri terdiam sejenak untuk beberapa saat memperhatikan dan menelan semua apa yang kulihat saat itu, tangannya yang sedang menggenggam dengan erat Batang kejantanan yang sangat keras seperti baja dan secara liar memaju mundurkan genggaman itu pada penisnya, lalu dia menyadari akan kehadiran ku disitu dan terlihat dari wajahnya yang pucat pasi disertai kepanikan,ÔÇØ Mam, aduh…ngapain disitu..aduh…!!!ÔÇØ kata anak ku dengan sangat panik, matanya terlihat langsung bekaca-kaca tapi dia berusaha menutupi rasa pucatnya, lalu dengan rasa malu dan kebingungannya dia berusaha menutupi penisnya dengan kedua tangannya.
ÔÇ£Oh..kamu, Maaf sayang….seharusnya mama mengetuk dulu, sebelum masukÔÇØ kataku dengan nada suara halus dan penuh keibuan, tapi aku tidak beranjak dari situ, karena memang aku tidak mau pergi dari situ. Malahan aku melihat kearahnya sekali lagi. Dia tetap mencoba dengan susah payah menyembunyikan penisnya dari ku dengan kedua tangannya, tapi harus ku akui bahwa sangat susah untuk menyembunyikan penis yang sedang ereksi sebesar itu.ÔÇØ Gpp.., sayang…Memang sudah seharusnya kamu merasakan hal itu, dan itu merupakan hal yang umum di umurmuÔÇØ, aku katakan hal itu kepadanya dengan senyum simpul di bibirku dengan penuh pengertian kepada.
Aku tau, kali ini dia tidak mengerti maksud dari ku barusan, dia masih terlihat takut dan kaget dengan kehadiranku didekatnya sambil melihat tubuh telanjang dan penis besarnya yang mulai perlahan mengecil berubah menjadi agak lembek karena ketakutannya.ÔÇØ Kita bicarakan hal ini, ketika kamu sudah selesai ÔÇ£, aku katakan kepadanya sekali lagi dan tidak lupa tetap menyimpulkan senyum di bibirku kepadanya, lalu aku meninggalkan dia di kamar mandi beranjak dari situ dan turun ke bawah menuju ke dapur.
Langkah demi langkah aku menjauh dari kamar mandi untuk menuju ke dapur, aku bisa merasakan rangsangan dari apa yang kulihat tadi, perlahan lahan dari satu langkah kelangkah selanjutnya mulai membuat Vaginaku menetesakan cairan sehingga aku mulai merasakan basah di daerah selangkanganku, dan dapat kurasakan wewangian dari gairah birahi yang mulai merasuk ke dalam napasku secara halus dan perlahan. Terbersit kembali olehku pada kejadian di kamar mandi tadi, hanya penis keras, besar dan panjang milik anak ku yang kembali membakar ku kedalam keinginan birahi, dan semua kutukan kasar yang pernah ku ucapkan untuk diriku sendiri atas kejadian yang pernah terjadi pada kami berdua tinggal kenangan, karena klitoris dalam vaginaku sudah mengemis dan memohon untuk sebuah perhatian.Sesampainya aku di dapur, aku membuat secangkir kopi untuk diriku sendiri lalu aku duduk di kursi meja makan dengan kaki menyilang dimana kedua pahaku menumpu ke paha yang satunya, aku tegangkan silangan pahaku sekuat mungkin sehingga Vaginaku terjepit dan tertutup rapat akibat dari tekanan silangan pahaku untuk memudahkan diriku menahahan denyutan Vaginaku dari rangsangan birahi yang mulai menyergapku dan memberikan aku waktu sesaat sampai sebelum anak ku turun ke bawah. Menurutku ini adalah saat yang tepat bagi diriku untuk membuat sebuah keputusan, aku akan menjadi pengalaman sex yang pertama bagi anak ku. Tapi hatiku berkata bahwa aku tidak boleh menjadi pengalaman pertamanya. Dia sekarang sudah menjadi pemuda yang tampan, dan aku yakin, mungkin beberapa wanita di sekolahnya ada yang bersedia untuk disetubuhi untuk pertama kalinya oleh anakku. Kemudian setelah aku tau bahwa dia pernah bersetubuh dengan teman wanitanya, barulah aku akan menjadi pengalaman terbaiknya.
Itulah yang kupikirkan sesaat samapai akhirnya anak ku turun kebawah dengan mengenakan kaos dan celana yang agak basah berkeringat, kepalanya tertunduk kebawah dan matanya menatap lantai dengan perasaan yang sangat bersalah, dengan perasaan bercampur malu yang terlukis di wajahnya yang tampan dan manis. Perlahan-lahan dia duduk di kursi yang berada di seberang meja, duduk meghadap kearahku tapi dengan pandangan yang tidak berani memandang kearah mataku, melainkan menatap kearah sekelilingnya dan berharap bisa duduk di tempat lain daripada duduk di kursi itu.
ÔÇ£ Apakah kamu mau membicarakannya?ÔÇØ Aku bertanya kepada dirinya dengan menatap tajam dari seberang meja, walaupun sebenarnya adrenalin gairah birahiku sudah bedenyut berpacu dengan nafsu, dan aku mulai merasakan licin di bagian selangkangan dengan basahnya vaginaku yang perlahan lahan mulai terangsang dan mengeluarkan cairan bening kewanitaanku di diantara sela2 pahaku yang sedang tersilang rapat dan sangat erat, aku mencoba bersuara dengan sangat lembut dan natural tentang semua hal yang baru saja terjadi.ÔÇ£ Bbbbiiiicara…mengenai apa Maamm.., aku tttiiiidak tauuÔÇØ, akhirnya dia membalas pertanyaanku dengan suara yang terdengar sangat lemah lembut.
ÔÇ£Gpp … akuaang, Mama tidak akan berpikir buruk jika kamu mau membicarakannyaÔÇØ. Aku berbicara dengan tenang, agar membuat dia merasa sedikit lebih nyaman dan mudah untuk mengerti tetang situasi yang ada pada kami sekarang, dan memudahkan dia untuk membicarakannya.
Cerita Sex Sedarah
ÔÇ£ Janji ya Mam..!!ÔÇØ Kata anak ku sambil melirik kearah mata ku sesaat, dan kembali menatap kearah meja.Aku menganggukan kepala dan melempar senyum kepadanya sambil berkata,ÔÇØ Ya, mama berjanji.ÔÇØ Jawabku dengan nada yang halus.
ÔÇ£OkeÔÇØ, kata dia kepadaku sambil sedikit menganggukan kepalanya. Menurutku dia tetap tidak yakin untuk mengatakannya atau mungkin bingung bagaimana harus memulai pembicaraan.
ÔÇ£ Yang kamu tau, sudah sejak kapan kamu mengeluarkan itu kamu?ÔÇØ Aku bertanya terlebih dahulu untuk membuka pembicaraan dan memudahkan dia Anak ku untuk mengatakan yang sejujurnya, tapi pertanyaanku ini bukan dengan maksud untuk tau sudah berapa kali dia menyemprotkan mani/spermanya atau berapa kali dia onani/ masturbasi, atau sejak kapan dia bermasturbasi dengan cara menghayalkan diriku. Seperti anda baca sekarang, bahwa aku sudah mulai terbawa dengan halus kedalam sebuah godaan yang bejat.
ÔÇ£Aku gak tau Mam, kira-kira…Mmm…baru-baru ini aja koq..ÔÇØ Dia menjawab pertanyaan ku dengan menunduk menatap meja, gelisah dan sedikit tidak nyaman.
Sekali lagi aku menganggukan kepalaku menandakan aku mengerti atas jawabannya, dan aku mulai mengajukan lagi beberapa pertanyaan lagi dengan sangat hati-hati. ÔÇ£ Mmm..Setelah kamu…., kamu tau kan itu…,setelah kamu memuaskan dirimu dengan seperti itu, apakah kamu merasa lebih baik?ÔÇØ, aku bertanya sambil merasakan sesuatu yang terus menerus mulai membasahi diantara kedua belah pahaku.
ÔÇ£KadangÔÇØ, dia menjawab pertanyaanku. ÔÇ£ Kadang, aku juga merasa kurang puas, Mam.ÔÇØ Dia langsung menyambung jawabannya nada suara yang pelan.
aku memberikan senyuman lembut kepadanya. Ya Tuhan, aku tau gimana rasanya itu, berarti faktanya adalah kita sama-sama merasakan hal yang sama dalam hal tersebut, aku berkata di dalam hati. ÔÇ£ Itu artinya kamu mulai bertumbuh menjadi Pria dewasa, sayang…, dan apa yang kamu lakukan itu merupakan suatu bagian dari proses pendewasaan kamu. Mmm… seperti yang kamu juga tau, Mama juga masih melakukan itu koq, kamu tau kannn…,bermain dengan diri Mama sendiri. Jadi Mama sangat mengerti tentang apa yang kamu lakukan.ÔÇØ Aku mengatakannnya dengan memberikan senyuman yang agak sedikit nakal dan menggoda.
Penampilan anak laki ku pada saat itu memperlihatkan rasa bersalahnya, dia seperti lebih merasa bersalah pada saat aku memberi tau mengenai proses pendewasaan daripada tampilannya ketika aku melihat kelakuannya tadi di kamar mandi. Maka aku mempunyai ide untuk bercerita, tentang hal diantara kami yang mempunyai kaitan khusus, dan aku memutuskan untuk membeberkannya di depan anak ku. ÔÇ£ Mama tau sayang…, kamu melihat Mama kan beberapa Malam yang lalu…Mama tau, kamu melihat dan menonton mama sedang bermasturbasi, dan Gpp juga Koq, ItÔÇÖs ok sayang. Tidak ada yang salah dengan perlakuan kamu waktu itu.ÔÇØ Aku mengatakannya dengan lembut tapi agak mengagetkan dirinya, seperti yang aku bayangkan sebelumnya.
Mata anak ku terbuka lebar saat aku mengatakan hal itu, dia telihat sangat takut dan tertegun seakan akan tidak percaya dengan apa yang telah aku katakan. ÔÇ£ Mm..mama, melihatku, Jadi Mama tau…?ÔÇØ Pernyataan yang keluar dari mulut anak ku seakan akan melayang di udara diatara kami. Pertamanya, mukanya terlihat sangat pucat pasi, tetapi lama kelamaan berubah menjadi kemerah-merahan menahan malu. Aku menganggukan kepala dan kembali tersenyum kepadanya sambil menatap dia di seberang meja. ÔÇ£ Yup, Mama melihat kamu pada malam itu dan mama juga lihat apa yang sedang kamu lakukan saat itu, tapi jangan khawatir, mama suka koq.ÔÇØ Aku katakan hal itu kepada anak ku, dan akupun mulai merasakan rasa panas gairah libidokupun mulai terbangun dalam diriku, sepertinya Vagina ku ini sudah mulai berteriak teriak untuk di masuki dengan penuh, dan siap untuk disetubuhi.
ÔÇ£ Jadi Mama, tau semua?ÔÇØ dia bertanya kembali, sambil menyondongkan badannya kedepan lebih mendekat, dan aku dapat melihat ke dalam dirinya bahwa hal yang tadi dia takutkan menjadi suatu hal yang sangat menarik bagi dia, dan matanya mulai terlihat sama seperti ketika dia melihat diriku sedang menyetubuhi diriku sendiri yang terbuai dalam buaian kepuasan klimax pada malam itu.
ÔÇ£Yup, Mama melihat dan tau semuanya, dan itu menjadikan mama merasa lebih nyaman, karena melihat mu terlihat sangat enjoy waktu kamu menonton mama.ÔÇØ Aku menjawabnya dengan sangat jujur, meskipun kata ÔÇô kata itupun terdengar agak bermasalah di kupingku, dan suara hati ku pun menyeringai hal yang sama. ÔÇ£ Sudah lama sekali Mama pengen itu, bahkan Mama sangat enjoy ketika Pemuda Ganteng seperti kamu melihat Mama sedang dalam keadaan begitu.ÔÇØ Secara tidak langsung aku membuat pengakuan kepada anak ku, bahwa aku juga membutuhkan SEKS, aku mengatakan hal tersebut secara tersirat sambil menyapu bibir ku dengan lidah dan juga menyelipkan senyum simpul dari bibirku. Dan keadaan menjadi sangat sunyi, kami terdiam sesaat dan keadaan menjadi sangat hening, karena perkataan ku yang baru saja aku katakan. ÔÇ£ Apakah kamu mau melihat yang lebih lagi dari yang kamu lihat pada waktu malam itu, sayang?ÔÇØ Aku bertanya lagi kepada anak ku, dengan suara yang halus sedikit pelan tetapi perkataan ku itu seperti memecah keheningan.
Wajah anak ku terlihat seperti dipenuhi dengan kebingungan, akibat pertanyaan ku, dan kepalanya perlahan lahan mulai setengah mengangguk dengan pelan, dan matanya kembali menatap kearahku. ÔÇ£ Ya…, aku mmm..mau Mmmaam,tapi…tapi….Mama kan tau….itu adalah tindakan yang salah…., itu gak boleh kan Mam?ÔÇØ Dia bertanya kepadaku, dan pertanyaanya membuat aku berhenti dan berpikir untuk sesaat, apa lagi yang harus ku jelaskan kepadanya. Apakah ada yang salah dengan semua ini? Apakah dia merasa seperti di diremehkan? Mengapa dia mengatakan itu? Tidak, aku hanya ingin memberikan kepadanya sesuatu yang special dari diriku, dimana agar dia tau bahwa kasih sayang ibunya hanya untuknya seorang.
ÔÇ£Tidak, sayang…gak ada yang salah dengan semua ini, apa yang akan kita lakukan bersama ini adalah sangat special, sebuah kasih sayang, dan hanya antara kita saja, kamu ngerti maksud Mama kan?ÔÇØ Aku bertanya untuk mengetahui apakah dia mengerti maksudku untuk masuk kedalam sebuah sumpah yang sangat rahasia, dan terjun ke dalam jalan yang merupakan bagian dari cinta dan persetubuhan sedarah, tapi pada saat itu aku tau bahwa aku memilih pilihan yang tepat.
Untuk sementara aku melihat dia sedang berpikir untuk melalui hal yang baru saja ku tawarkan kepadanya, seperti yang sudah pernah dia lakukan sebelumnya, lalu dia menganggukan kepalanya sekali lagi, dan berkata,ÔÇØ Ya, aku mengerti MamÔÇØ. Anak ku menjawab pelan, dengan sedikit malu dan kekhawatiran yang mulai terlihat jelas di wajahnya, dan sebuah senyum mulai terlihat dari bibirnya dimana tatapan matanya melihat kearahku dengan tatapan yang tidak meyatakan suatu syarat apapun dan penuh kasih sayang.
Pada saat itu juga aku langsung berdiri dari bangku, dan melepaskan ikatan kimonoku yang mebuat kimoku tertutup rapat. Sambil membuka dengan perlahan, aku melihat setiap gerak gerik anak ku, setiap emosi yang terlukis di wajahnya, perlahan aku buka ikatan kimonoku untuk memperlihatkan tubuh telanjangku yang berada di balik kimono, aku dapat melihat dia menatap secara langsung kearah payudaraku yang besar dengan putting susuku yang mulai mengeras, dan tatapannya terus mengarah dari atas ke bawah kearah Vaginaku yang tercukur sangat rapih dan mulai berkilau terbasahi oleh cairan kewanitaan yang memang sudah mengalir sejak tadi. ÔÇ£ Kamu suka sayang, dengan keadaan Mama yang telanjang seperti ini di depan kamu?ÔÇØ Aku bertanya dengan sedikit agak berbisik keras kepadanya.
Perlahan dia menganggukan kepalanya, dan aku tetap mengawasi gerak geriknya yang sedang menatap tajam kesetiap inci kearah tubuhku bagian demi bagian.ÔÇØ Ya, Mam aku suka…ÔÇØ. Dia bergumam di dalam kebingungan dari pemandangan yang sedang dia lihat sekarang.
Aku bergerak mengelilingi meja sampai pada akhirnya aku berdiri tepat di depan anak ku, dan aku dapat melihat bahwa ia mencoba untuk menyembunyikan keadaan celananya yang sudah mulai sesak dan menonjol dari ketelanjanganku, yang terlihat jelas dari keadaan celana yang dia pakai. Aku sudah tidak bisa menahan diriku pada saat, aku melangkah lebih dekat kepadanya dan agak membukukan badan, lalu aku mengangkat dagunya dengan salah satu tanganku. Ya Tuhan, dia melihatku dengan penuh kasih sayang, dengan sepasang matanya yang berwarna coklat, aku merasakan dirinya gemetar sewaktu kuangkat dagunya dan terlukis pada wajahnya suatu keterangsangan tersembunyi, dan sedikit bingung dengan apa yang akan kulakukan terhadap dirinya.ÔÇØOoohh..sayang, apakah Mama membuat Penismu jadi tegang?ÔÇØ aku bertanya kepadanya dengan suara agak berbisik dan terdengar agak serak.
Dia mengangguk dengan sangat kaku dan menatap kearah wajahku, sebelum dia mengatakan,ÔÇØ i..i..iiya Mmma..am..ÔÇØ suaranya terdengar pelan dan gemetar, sampai dengan saat ini dia masih mengingat sopan santun terhadap diriku sebagai Ibu Kandungnya.
Aku mulai berlutut di depannya, dan aku bisa merasakan air liurku sudah mulai mengalir membasahi bibirku, jantungku berdegup dengan kencang dan aku merasakan gemuruh pada telingaku saat aku menyandarkannya di wajah anak ku yang kekanak-kanakan dan menurut ku dia tetap menjadi bayiku selamanya. Aku sandarkan kepalaku pada wajahnya sambil berbisik,ÔÇØ Santai aja ya sayang, Mama akan buat kamu merasa menjadi lebih nyaman.ÔÇØ Aku berbisik kepadanya dengan jarak hanya beberapa inci antara bibirku dengan bibirnya.
Aku tidak memberikan dia kesempatan kepadanya untuk menjawab apapun, aku langsung mencium bibirnya, dan itu bukan merupakan suatu ciuman seoarang Ibu, dan juga ciuman seorang anak. Itu adalah suatu ciuman bercinta. Aku julurkan lidahku dari mulut dan melesatkannya kedalam mulutnya, perlahan aku putar lidahku mengelilingi di setiap inci mulutnya, lidahku bagaikan berdansa di dalam mulutnya dengan godaan-godaan yang menggiurkan dan menjilat lidahnya. Oh Tuhan, mulutnya terasa sangat enak lidahnya begitu lembut menerima sapuan-sapuan liar dari lidahku, dan ciuman liarku itu membuatku merasa tidak bisa menahan libido ku yang semakin terbakar gairah telarang, aku merasakan rangsangan yang teramat sangat, klitorisku sudah mulai berdenyut-denyut dan vaginaku sudah sangat basah, dan aku sudah mulai tersakiti oleh siksaan-siksaan rangsangan birahi dari anak kandung ku sendiri. Puting susuku semakin mengeras, dan sudah sangat siap untuk di gunakan, yang mungkin akan dipergunakan dengan dihisap ÔÇô hisap oleh anakku. Dalam kesempatan ini, selagi aku mengulum lidahnya dan menjilat lidahnya, aku turunkan tanganku dan bergerak masuk ke dalam kaos anakku lalu aku mulai membuka kaos yang dia pakai.
Anak ku merespon dengan baik, setiap bahasa tubuh yang aku berikan kepadanya, aku menginstruksikan dengan penuh ketenangan, aku sentuh tangannya dengan perlahan dan membimbing lengannya untuk meraba payudaraku, dengan respon yang baik dia mulai meraba belahan dadaku dan juga jarinya mulai menyentuh putting susuku. Aku kembali merasakan sentuhan tangan laki laki pada kulit ku, payudaraku yang terlihat secara nyata, dan dia mulai menelusuri kehalusan dari kulit payudarakuku setiap incinya dengan menggunakan jari-jarinya.
Setelah aku berhasil melepas bajunya aku mulai menciumi sepanjang leher dan tulang kerah dekat pangkal lehernya. Sambil aku mendengarkan nafasnya yang terengah ÔÇô engah dan sangat cepat karena rangsangan birahi yang memang belum pernah dia rasakan, dan perlahan aku mulai mencoba untuk menyentuh bagaian sensitive pada tubuh anaku, yang membuat bibirnya semakin gemetar disambung dengan kibasan lidahku di bibir anak ku. Bahkan aku semakin berlutut dan mulai mencium, menjilat dan mengendus dada Anak ku yang bidang , dan sesekali aku menjilat putingnya dan kadang menghisap dengan gigit-gigitan kecil. Dimana tanganku terus bergerak meraba tubuhnya, membuat dirinya mabuk kepayang karena rabaan tanganku, dan akhirnya sampailah tanganku di bawah, dan perlahan lahan aku masukan tangan ku ke dalam celananya dan aku mulai merasakan denyutan penis anak ku, kuraih penis anak ku yang sudah mengeras itu, ÔÇ£ Ya Tuhan, sayang…Penis kamu besar sekali ÔÇ£, aku mengatakan di depan muka anak ku, dan wajahnya pun memerah sangat malu, perlahan aku mulai menggenggam dan mulai mengocok penisnya dengan pelan di dalam celananya, sambil ku genggam penisnya aku perhatikan ekspresinya dan kukatakan, ÔÇ£ Ini biar Mama yang urus, kamu duduk saja dengan tenang ya sayang, nikmatin aja!!ÔÇØ Aku katakan hal tersebut pada anak ku sambil mengedipkan salah satu mataku, dengan pandangan yang penuh dengan gairah dan keinginan untuk mencapai suatu persetubuhan sedarah yang sangat nikmat.
ÔÇ£iii..yaaaa Mam, silahkan..ÔÇØ,dengan tergagap-gagap dia menjawab pertanyaanku, aku melihat reaksinya menggigit bibirnya dan pinggulnya agak sedikit mengangkat menahan kenikmatan kocokan tanganku yang teratur naik dan turun sangat perlahan pada batang penisnya yang semakin mengeras dan mulai mengeluarkan cairan bening dari ujung penisnya, yang membuat penisnya terasa semakin runcing dan mengkilat dalam genggaman jar-jari ku.
Aku genggam karet celana yang sudah mulia basah oleh keringat dan masih terlingkar di pinggangnya, dan anak ku mengangkat pinggulnya dari bangku yang dia duduki sekarang, lalu kuturunkan celananya sampai pada pergelangan kaki. Maka terlihatlah secara langsung di depan mataku, pemandangan indah sebatang penis yang besar dan keras serta urat ÔÇô urat pada penis yang terlihat semakin dan tambah berdenyut. Kepala penisnya yang besar dan kemerahan mulai meneteskan cairan bening pelumas yang semakin melicinkan kocokanku sambil aku tetap memperhatikan dengan sekilas kedalam mata anakku, aku langsung mendaratkan ujung lidahku untuk menjilat penisnya mulai dari buah zakarnya, bantangnya, sampai kepada ujung kepala penisnya agar aku dapat merasakan cairan bening yang terasa agak asin berbau sangat khas dan sedikit kental yang keluar sedikit sedikit dari kepala penisnya. Lalu aku mulai menjilat lagi dengan ujung lidahku kearah buah zakarnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku jilat satu demi satu buah zakarnya, aku hisap satu persatu dengan jilatan-jilatan nakal yang mengeliling buah zakarnya, dan akhirnya aku lahap kedua buah zakarnya dengan mulutku yang memang sudah sangat lapar akan hasrat untuk bercinta, aku hisap kedua zakarnya sekuat dan seliar yang aku bisa.
Aku menyadari bahwa aku sudah melewati ambang batas, batas moral antara Ibu dan Anak, dan aku tidak mungkin kembali atau menghentikan kejadian yang sedang terjadi sekarang, nasi sudah menjadi bubur, kami sudah terbawa dan terperosok ke dalam hasrat birahi sedarah antara Ibu dan anak, dan aku juga tidak peduli apapun, yang pasti hasrat birahi yang sudah terangsang ini harus terpuaskan. Aku sangat menginginkan anaku dalam setiap keadaan, bagaikan seorang wanita yang menginginkan seorang pria yang jauh lebih muda dan lebih bertenaga dari padanya, tapi yang ada adalah sebuah keserakahan dari hasrat nafsu bersetubuh yang sangat menggebu gebu dalam diriku. Aku mau memuaskan anaku dan juga menyayanginya. Bukan hanya sebagai seorang Ibu, tapi aku juga mau dicintainya bagaikan seorang pacar atau Istri. Jadi bukan sebuah kejutan lagi untuk ku, waktu aku bersedia memasukan salah satu buah zakarnya kedalam mulutku dan menjilat batang penisnya yang panjang dan keras sampai dengan menjilati kepala Penis anak ku yang kemerahan, dan dengan perlahan mengocok penisnya sedalam mungkin kedalam kerongkongan melalui mulutku dengan jilatan jilatan halus pada kepala penisnya yang ada di dalam mulutku sehingga sapuan lidahku yang hangat dapat dengan bebas menjilati saluran kencing di ujung penisnya, yang pada akhirnya aku menghisap kepala penisnya dengan sekuat tenaga ku, dengan erangan-erangan yang membuat anakku makin terangsang dan juga menyodokan penisnya dalam-dalam sampai terasa tenggorokanku seperti tersodok-sodok.
ÔÇ£Oohh…Maam..iisssep…yang…kuu…ÔÇØ, aku mulai mendengar suara yang terucap dari mulut anak ku, mesikipun dia tidak menyelesaikan kata-katanya itu, mungkin dia agak segan kepadaku untuk menyapaikan maksudnya itu, tapi aku dapat mengerti dari bahasa tubunya, yang menegang kuat dan bergoyang seirama dengan kocokan mulutku kepada batang penisnya, aku sangat mengerti bahwa dia sedang menikmati nikmatnya sensasi menyodokan penisnya dengan kasar yang keras dan besar itu kedalam mulut sampai mentok ketenggorakan ibu kandungnya sendiri, yang mungkin tidak pernah dia rasakan sebelumnya atau mungkin anak lainpun tidak seberuntung dia.
Aku mengizinkan anak ku untuk menekan dengan keras sewaktu penisnya berada di dalam kerongonganku, sehingga aku terasa ingin muntah dan langsung melepaskannya ketika aku hisap penisnya dengan kuat, sehingga menimbulkan bunyi, ÔÇ£..plop..ÔÇØ, ketika dia menarik penisnya keluar dari mulutku dan kami ulangi hal tersebut bekali kali, sehingga air liurku keluar sangat banyak dan bececeran di penis dan di lantai, sampai air liurku membentuk seperti seutas benang yang terhubung antara penisnya dengan bibirku. Kadang aku merasa sakit di tenggorakanku ketika dia menghentakan penisnya yang besar, sehingga membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku, tapi aku menyukai kekasaran itu, karena memang sensasinya sangat berbeda, antara menghisap penis anak kandung dengan menghisap penis pria lain. Terdengar ocehan yang keluar darimulutnya tapi tidak terselesaikan, ÔÇ£ Gpp sayang, kamu bisa berbicara apa saja kepada Mama, keluarkan semua kata2 kotormu yang ada di dalam pikiranmu, aku akan sangat menyukainya.ÔÇØ, aku katakan hal ini sebelum aku memulai untuk sekali lagi melahap seluruh penisnya dengan kedalam mulutku, sekali lagi kepalaku terayun ayun keatas dan kebawah seirama semangat nafsu birahi anak ku yang sedang terbakar hebat dengan tusukan dan hentakan penisnya ke dalam mulutku, suara dari hisapan mulutku pada penisnya bergema sangat indah di kedua kuping kami, tapi aku sangat sulit untuk menceritakan suara terengah ÔÇô engah dan erangan dari anak ku, karena aku yakin kalian pasti sudah bisa membayangkanya.