Nikmatnya Bercinta Dengan Anakku 01

Aku adalah seorang janda yang berumur 35 tahun dan menjadi orang tua tunggal bagi anak ku. Tinggiku sekitar 165 cm dengan berat badan kurang lebih 57 ÔÇô 60 kg. Aku tau, kebanyakan wanita tidak berani mengatakan tentang berat badan mereka, tapi aku punya kelebihan dan keberanian untuk mengatakan keadaan tubuhku sekarang karena aku tidak dikenal, sebenarnya tidak ada yang berbeda dalam cerita ini.


Ukuran cup payudaraku 36 D, ukuran pinggangku cukup proporsional, dan ukuran celana jeans 34 mengikuti ukurang pinggulku, dan ukuran pantatku dimana sekarang umurku menginjak 35 tahun maka pantatku sedang bahenol ÔÇô bahenolnya, dan aku miliki kelebihan ini sejak umurku 20 tahun. Tapi aku menganjurkan bahwa ukuran pantatku ini jangan dijadikan sebagai barometer atau patokan untuk menilai perempuan, Tuhan tau yang terbaik untuk itu, dan Tuhan memberikan anugerah ini kepada aku, yaitu pantatku yang sekarang ini, itu yang membuat almarhum suamiku tertarik kepadaku, dan dia sangat senang dengan keberadaan pantatku yang seperti itu.


Aku lanjutkan ceritaku, sekitar 5 tahun yang lalu, aku kehilangan suamiku karena penyakit kanker. Dia berjuang sekuat tenaga melawan maut untuk sembuh dari penyakitnya, tapi akhirnya sekarang dia sudah beristirahat dengan damai, itu adalah suatu kenyataan yang sulit aku terima, bukan saja aku, tapi juga anak laki-laki ku yang berumur 10 tahun pada saat itu. Kami berdua sangat kehilangan seorang Suami-Ayah yang baik, dan untuk waktu yang lama aku terus berpikir dan mengkhayal jika suatu waktu dunia bisa membawa kami bertiga di dalam kegembiraan dan kesukaan yang pernah kami alami bersama.


Sebagai konsekwensi dari kematian suami ku, anak laki ku, yang tidak akan kusebutkan namanya disini, tanpa kusadari seiring dengan berjalannya waktu dia sudah bertambah besar dan dewasa dengan cepat. Dia tetap menjadi anak laki2 remaja yang serius, tapi diusianya yang masih remaja ini dia tetap melakukan berbagai macam pekerjaan rumah seperti memangkas rumput di halaman rumah kami dan semua pekerjaan kecil yang mudah ataupun pekerjaan yang berat. Memang menurun dari sifat ayahnya, berdedikasi, penyayang dan memberi tanpa pamrih. Tidak ada pekerjaan rumah yang bisa aku minta darinya untuk aku kerjakan sebelum dia mencoba untuk mengerjakannya sendiri dan bisa diselesaikan dengan baik, walaupun pekerjaan itu diluar kemampuannya. Dia tetap berusaha dengan baik.


Di tahun pertama tanpa suami dan ayah diatara kami, pada malam hari aku selalu menangis, dan itulah sebabnya anak ku kehilangan masa2 riangnya, tetapi dia selalu datang kepadaku saat malam hari aku menangis dan melingkarkan tanganya di pundak ku, dan mengatakan,ÔÇØ Sudah Mam, SudahÔÇØ. Dia mencoba membuatku lebih nyaman, dan aku merasa seperti berbunga bunga dibuatnya ketika dia menyeka air mataku, ketika setiap malam perasaan ku hancur diterjang badai, aku akan terus sayang dan setia kepada anaku ini sepanjang hidupku. Dan pasti anda akan menduga, bahwa sepanjang hidupku aku pasti akan terus membutukan dan bergantung kepada anak laki ku. Hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun, Dian menjadi seperti Batu karang yang sangat kokoh, itu yang mungkin bisa kugambarkan tentang kepribadian anakku yang cukup tegar dalam mengarungi hidup ini, dan dia juga menjadi alasan utamaku untuk tetap hidup dan bertahan sampai saat ini, dan aku akan melakukan apapun untuknya.


Satu bulan setelah ulang tahunnya yang ke ÔÇô 14 aku mulai memperhatikan dia, bahwa anak laki ku ini sudah mulai berubah. Dia bertumbuh semakin tinggi, terlihat semakin segar, dan ketampanan yang tetap melekat pada wajahnya, dan disuatu malam aku mulai menyadari bahwa dia lebih dari seorang anak laki ÔÇô laki yang mulai bertumbuh dewasa dan itu memang benar aku akui, segala ketegaran dan ketabahannya yang hadir di dalam hidupku, juga memberikan dampak pada diriku.


Seperti yang anda ketahui, suatu malam aku mengalami kesepian yang teramat sangat. Dimana sudah terlalu larut malam, dan aku mengetahui bahwa anak ku juga sudah tidur. Jadi aku menenggak beberapa gelas anggur merah (red wine) untuk melonggarkan ketegangan dari kesepian yang ada pada diriku, lau aku kembali kekamar untuk kembali menghadapi kesepianku. Aku membuat suatu kegiatan pribadi untuk menghabiskan rasa kesepianku, mengganti pakaian ku dengan gaun tidur satin berwarna hitam yang bisa diterawang oleh mata, tembus padang yang bisa memerkan lekuk tubuhku, dengan celana dalam sexy yang terbingkai diantara selangkanganku yang bulu ÔÇô bulu halusnya selalu tertata rapih. Aku juga tidak mengerti kenapa aku selalu sangat bangga untuk menjaga bagian vital kewanitaan tetap ditumbuhi bulu, mungkin hal tersebut adalah suatu fakta yang menjadikan aku tetap merasa sebagai wanita yang selalu tampil cantik. Aku tetap menjaga bulu2 pirangku, dan kadang kadang juga memakaikan formula khusus pada buluku ini. Aku ingin selalu tampil sexy, menggairahkan, dan selalu diinginkan. Aku menduga, mungkin yang menginginkan diriku ya hanya diriku, aku selalu ingin merasakan gairah itu, walaupun hanya sedikit terasa pada diriku, disaat suamiku masih hidup, dan sebelum dia sakit.


loading...

Setelah aku bercermin dan melihat diriku sendiri, aku membelai tubuhku dan merasakan suatu sensasi dari gaun tidur ku yang sexy, yang membelai kulitku, lalu aku manggapai laci lemariku yang paling atas dan mengambil dildo getar/vibrator (alat bantu massturbasi) kepercayaanku. Hal yang menyedihkan adalah karena aku teringat tentang hubungan suami istri tentang aku dan suami ku beberapa tahun yang lalu, yang memang aku sarankan kepada diriku untuk mengingatnya sebagi bahan masturbasiku, tapi aku tau aku tidak bisa mengigatnya kembali secara penuh untuk mencapai orgasme ku dalam bermasturbasi.


Aku langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur, dan membuka pahaku mengangkang selebar dan senyaman mungkin dan aku mulai memuaskan diriku. Dengan perlahan saat pertama, agar bisa merangsang vagina dan klitorisku yang perlahan semakin menonjol, aku merasakan getaran yang berdesir sangat halus namun terasa sangat kuat merangasang G-spotku yang sangat sensitif, yang secara otomatis membuat diriku menggerakan tubuhku naik dan turun mengikuti intonasi dari getaran2 tersebut, dan aku berharap kepada seluruh dunia bahwa itu adalah Penis yang sesungguhnya, yang mendesak dengan keras dan menggiringku ke dalam godaan, memaksa diriku masuk kedalam persetubuhan memuaskan yang sangat panjang.


Aku tidak tau kapan Anak laki ku terbangun, tapi intinya bukan karena dia terbangun. Intinya adalah, bahwa aku lupa untuk menutup pintu kamar tidurku, mungkin anggur (wine) yang aku minum tadi sebelum tidur telah membuat ku menjadi pelupa, tapi melihat kejadian ini aku menjadi ragu bahwa hal ini hanya kelupaan belaka.


Aku tidak tau sudah berapa lama dia memperhatikan diriku, tapi dari mataku yang setengah tertutup aku dapat melihat bayangannya dari cermin yang ada di kamarku. Matanya menatap sepenuhnya kepada diriku, dan bayangan tatapan mata coklatnya yang dalam memperlihatkan gairah nafsu birahi yang sedang terbakar yang tidak bisa aku temukan pada orang lain, kecuali dari almarhum suamiku yang telah lama meninggal.


Dan intinya juga, aku sedang melakukan penetrasi memasukan Vibrator ke dalam Vaginaku dengan pompaan2 yang sangat liar, merasakan getaran2 erotis dari vibrator itu yang menyentuh ujung dari klitorisku, sambil mendengarkan suara2 yang dikeluarkan dari Vaginaku yang basah dan becek sewaktu aku memompa vaginaku dengan genggaman alat seks yang batangnya aku tancapkan berulang kali sedalam dalamnya kedalam vaginaku. Sementara itu anak laki ku sudah berdiri menyenderkan badannya di bibir pintu sambil memperhatikan dengan sesksama, matanya terpaku pada setiap gerakan kecepatan sodokan yang kubuat dengan sangat bergairah dan menimbulkan suara gemercik dan kilauan basah pada celah vaginaku. Aku juga melihat dia mengocok batang penisnya dengan cepat, tangannya dengan liar mengocok batang penisnya yang keras, besar dan panjang dengan memompanya keatas dan kebawah sambil dia memperhatikanku dengan seksama.


Aku tau, seharusnya aku menghentikan perbuatanku disini, tapi sangat susah sekali untuk menghentikannya karena memang sudah 4 tahun tidak ada lagi yang menunjukan ketertarikan kepada diriku semenjak suamiku meninggal dunia, aku rasa aku mulai merindukan gairah yang pernah diberikan almarhum suami kepadaku.


Jadi, aku melanjutkan aksi masturbasiku dengan dildo yang berbentuk penis terbuat dari karet dan bisa bergetar itu lebih kencang dan lebih cepat lagi intonasinya menancapkan kedalam lubang surga ku, sementara anak lakiku terlihat bermasturbasi untuk ku. Mengetahui bahwa dirinya melihat diriku secara langsung, hal tersebut seperti mengirimkan getaran2 hasrat pada birahiku untuk menggerakan tubuhku yang terbaring terlentang di atas tempat tidur melalui gerakan punggungku naik dan turun secara perlahan mengikuti intonasi gerakan keluar masuknya vibrator ke dalam Vaginaku. Dan aku mulai menyadari bahwa diriku mulai megeluarkan suara rintihan-rintihan dan erangan-erangan yang aku sangat yakin dia pasti mendengarnya,ÔÇØSsssshhh…..ah…yesss….Mmmmpfff. …aakhhh, enak sekali sayang, masukan semua penismu sayang….akhhh….ÔÇØ. Suara rintihan yang memang memaksa untuk keluar dari mulutku, untuk sebuar rasa birahi yang tak mungkin tertahankan. Aku merasakan rangsangan yang sangat hebat pada saat itu. Walaupun aku tau bahwa sebenarnya dengan semua gerarakan, tidakan yang aku lakukan sekarang adalah suatu kesalahan.


Lalu aku merasa seperti ditampar oleh suatu kepuasan birahi yang sangat hebat, dan aku tidak bisa mengingat, kapan terakhir aku mendapatkan klimaks seperti itu dengan bermasturbasi beberapa tahun terakhir ini. Sebuah orgasme dari masturbasi yang membuat saraf pada Vaginaku terasa seperti tersetrum oleh listrik tegangan tinggi dan menggetarkan tubuhku serta membuat ku mengeluarkan cairan kepuasan yang mengalir dari lubang vagina yang berkontrasi sangat hebat dan aku merasakan suatu kepuasan yang luar biasa nikmatnya dalam masturbasi kali ini, suatu sensasi yang sungguh tidak bisa dilukiskan jika masturbasi itu ditonton oleh anak kandungku sendiri, yang juga sedang bermasturbasi karena melihat aksiku. Akupun pun terus merintih selama gelombang gelombag birahi terus berdatangan silih berganti menerpa diriku yang sedang sangat bernafsu,ÔÇØ Oh..ah…Oh…yeahhh….aakkkkhhhÔÇØ,ÔÇØ tanpa kusadari aku Orgasme,ÔÇØSial, aku oragasmeÔÇØ, aku berkata kepada diriku sendiri, pinggulku terangkat, tersentak sangat liar dari tempat tidur, dan dari Vagina ku mengalirlah suatu cairan hangat berwana bening pekat seperti lahar yang tercurah dari gairah seksualku, dan aku bisa melihat bayangan anak laki ku yang tetap bermasturbasi mengocok batang penisnya dari cermin kaca yang ada di kamarku, dahinya berkerut dengan wajah yang penuh dengan konsentrasi memperhatikan garak geriku dan setiap inci dari tubuh ibu kandungnya ini, yang akhirnya dapat kulihat dengan jelas dengan kedua mataku bahwa dia juga berhasil menggapai sebuah intisari dari kenikmatan bermasturbasi dengan sugguhan nyata, aku melihat dengan jelas Penisnya menyemprotkan dengan hebat cairan berwarna Putih, dengan deras spermanya yang sangat pekat keluar dari ujung kepala penis seorang anak laki laki ku yang lembut dan penyayang, yang dia tumpahkan sangat banyak sehingga tercecer ke lantai. Pemandangan yang kulihat dengan keadaan mata tertutup setengah itu sungguh nyata, dan sangat cukup membuatku kembali terserang oleh gelombang rangsangan gairah orgasme, Vaginaku kembali bergetar sangat liar dan aku mulai merasakan kegilaan gairah orgasme itu sekali lagi, aku pejamkan mataku dan aku mulai mengerang dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, seiring aku merasakan orgasme untuk yang kedua kali akhirnya orgasme itu berangsur-angsur menurun dari gairah yang sangat tinggi, aku mulai membuka mataku dan melihat ke cermin, ternyata Anak ku telah pergi dari situ dan menghilang dengan cepat dari pandanganku.Setelah kejadian itu, aku habiskan sisa waktu dari malam itu di kamar merenung sambil meringkuk di atas tempat tidur dan merasa bersalah dan malu akan kejadian yang baru saja terjadi, merasa menjadi seperti seorang Ibu yang paling buruk di muka bumi ini, sambil merasakan tetes2 terakhir cairan kewanitaanku yang keluar dari liang Vagina yang membasahi liang kenikmatan itu. Aku merasakan kenikmatan dari sebuah dosa, walupun bukan persetubuhan, tapi itu juga sudah pasti sebuah dosa. Dengan air mata yang berusaha aku bendung di mataku, aku mengutuk perbuatan yang tadi aku lakukan di depan anak lakiku, dan semua perbuatan buruk ku yang telah kuperbuat dengan penuh rasa penyesalan.