Aku Rela Di Setubuhi Anakku

Aku tidak mengerti, kenapa semua ini bisa terjadi. Jelasnya, aku merelakan tubuhku ditiduri oleh anakku sendiri yang kulahirkan dari rahimku. Aku menikmatinya dan aku justru ketagihan tidur bersama anakku Ragil. Anak bungsuku yang sangat manja dan selalu mengikutiku kemana saja. Tidak seperti anak sulungku yang juga pemuda, serta anak keduaku yang gadis. Mereka sudah merasa malui berjalan denganku. Beda dengan ragil berusia 18 tahun ini, selalu mau memboncengku ke pasar saat belanja sepulangnya dari sekolah atau menemaniku apa saja.


Sakin manjanya, seiisi rumah suka memperolok-olokkannya. Dia tak segan segan tiduran meletakkan kepalanya di pahaku dan aku membelasinya. Ayahnya selalu tersenyum, atas kekolokannya itu. Seisi rumah malah megejeknya dengan kasih sayang. Maklum anak bungsu.

Usai menagih hutang dagangan, hampir sepanjang jalan kami diterpa hujan deras. Setiba di rumah, kami langsung mandi dan ganti pakaian. Akupun menganti pakaianku dengan daster, kemudian bersembunyi di balik selimut, untuk menghangatkan tubuhku. Hujan di luar masih saja deras. Sore itu, Ragil juga tidak pergi fitness. Dengan celana pendek dia langsung memasuki kamarku dan ikut bersembunyi di balik selimut. Terasa kehangatan membuatku senang juga. Ragil memelukku dan aku balas memeluknya di balik selimut.

Saat paha kami beradu, aku baru ingat, aku tidak memakai apa-apa di balik daterku. Kaous oblong tipisnya terasa menempel di buah dadaku dan paha kami saling berhimpitan. Haruskan aku melepaskan pelukan ini? Bukankah Ragil membutughkan kehangatan? Tidak. Biarlah dia hangat dalam pelukanku.

Ah… desah nafasnya di leherku, tiba-tiba membuatku birahi. Sekujur tubuhku terasa ada getar-getar halus. Kutolakkah Ragil. Terlebih Ragil mulai mengelus-elus buah pantatku, aku merasakan ada sesuatu dalam elusannya itu. Aku pura-pura tertidur saja sembari menikmati elusan itu. Sesekali kuperdengarkan suara dengkur palsu, agar dia bebas mengelus tubuhku. Toh hanya elusan saja.

Heeep… tiba-tiba aku merasakan Ragil melorotkan celana pendeknya dan aku merasakan penisnya yang keras di pahaku. Dadaku berdebar keras dan vaginaku terasa gangat. Dan… Ragil menaikkan dasterku, kemudian telapak tangannya meraba bulu-bulu vaginaku. Haruskah aku menepisnya? Tentu dia akan malu dan sangat malu. Hemmmm….

Jarinya mulai meraba klitorisku dan vaginaku sudah mulai basah. Walau usiaku sudah 49 tahun, namun kok tiba-tiba nafsu birahiku seperti kembali remaja> Heran juga aku.

Dengan gerakan cepat, Ragil menelentangkan tubuhku dan menindihnya, lalu dengan cepat penisnya menembus vaginaku. Dia membuka kancing dasterku dan mulutnya mulai menjilati pentil tetekku bahkan sebelah diremasnya dengan lahap sekali. Mulutku diciuminya dan lidah kami sudah bertaut. Cepat pula ragil melepas baju kaosnya. Kemudian dia pun berbisik lembut di telingaku.

“Ma… pakaian mama aku buka ya…” Tanpa menunggu jawabanku, dia mengangkat dasterku dan melepasnya dari tuuhku. Aku mengikuti saja kemauannya, sembari menikmati. Kami sudah telanjang bulat di atas tempat tidurku. Aku memeluknya dan mengusap-usap kepalanya dengan lembut.

“Nak… ini rahasia lho…” bisikku padanya.

“Hemmmm…” hanya itu jawabannya. Kami terus saling memberi elusan, ciuman dan aku sangat menikmati tusukan penis Ragil dalam vaginaku. Terasa venisnya demikian pas dalam liang vaginaku. Saat dia tusuk jauh ke dalam, aku merasakan ujung penisnya menghunjam bagian terdalam dari rahimku.


Ragil mendesah dan aku mengerti tusukannya yang makin cepat kemudian terhenti lalu dihunjamkan dalam ke dalam rahimku, pertanda dia akan orgasme. Aku mengimbanginya, karean tak mau kehilangan kenikmatan. Lalu…. kami pun tiba pada puncak kenimatan kami.Kusuruh Ragil segera ke kamar mandi untuk memebersihkan diri dan pindah tidur ke kamarnya. Sebentar lagi seisi rumah akan kembali pulang. Pukul 17. 20 Ragil terbangun. Aku hadiahi dia segelas susu panas. Dia tersenyum dan aku mengedipkan mata. Kami saling mengerti.Menunggu ujian masuk perguruan tinggi, Ragil memang selalu di rumah. Dua hari lagi dia akan mengurus ijazah SMA nya. Saat pagi-pagi semua sudah pergi ke kampus dan suamiku pergi kerja. Aku duduk menonton TV. Ragil baru usai menyuci piring setelah kami semua sarapan. Dia persis di belakangku di lantai dua rumah kami, memelukku daribelakang. Dengan lembut diamencium keningku dan dari leherku, dia masukkan tangannya ke dadaku dan mengelus tetekku. Kuangkat tanganku dan menarik tengkuk Ragil sembari mengelusnya. Ragil pu mengangkat wajahku, lalu bibirnya sudah menempel di bibirku. TV terus menyala dan kami berciuman pagi itu.”Ma… pinti di bawah sudah aku kunci semua…””Lalu bagaimana?”Ragil mengelilingi sofa dan ada di hadapanku. Dia bimbing aku berdiri. Dia angkat dasterku hingga lepas, lalu membuka pengait bra, kemudian melepaskan celana dalamku hingga bugil. Ragilpu melepas semua pakaiannya hinga budgil juga. Kemudian kami duduk di sofa menyaksikan acara TV sembari berpelukan. AKuamengikuti apa kemauannya seperti kerbau dicucuk hidungnya. Kami terus berciuman. Ragil merebahkan tubuhku di atas sofa, kemudian mengangkangkan kedua kakiku dan menjilati vaginaku. Bahkan duburku. Akuamenggelinjang. Aku tak perlu bertanya darimana dia mengetahui semua ini. Tapi aku beberapa kali memergokinya menonton BF. Sampai akhirnya aku tak mampu menahan gejolakku dan memintanya untuk menusuk vaginaku. Dengan perlahan dia menusuk vaginaku dan secarata teratur dia menusuk-cabut penisnya dalam vaginaku. Aku sudah tak mamu menahankan kenikmatan itu.Sejak saat itu, setiap ada kesempatan kami selalu melakukannya. Di rumah atau pergi ke pedesaan menagih hutang dagangan, bahkan di hotel kecil, di luar kota. Semua orang tau kalau Ragil adalah anak kandungku. Jadi tak ada yang curiga, kalau kami tidur sekamar dalam satu hotel yang dua ranjang, ukuran tiga kaki. Malah dalam kamar, kami hanya memakai satu ranjang bersempit-sempitan namun menghangatkan. Tiga kali seminggu kami melakukannya.Kini Ragil sedang menyusun skripsinya. Nafsu kami tak pernah pudar, bahkan semakin menjadi-jadi. Dalam usiaku yanga sudah 53 tahun, aku banga, bisa mengimbangi permainan seks Ragil.Di kampus Ragil anak yang brestasi, bahkan tiga kali dapat bea siswa. Tak ada alasan bagi seisi rumah untuk tidak mengakui prestasinya. Bahkan ayahnya berkata: tuh Ragil si manja, tapi berprestasi. Kakak-kakaknya senyum saja.Yang membuatku aneh, kenapa ketika aku berhubungan seks dengan suamiku, gairahku tidak seperti ketika berhubungan seks dengan Ragil. Daya serang Ragil memang luar biasa, tidak seperti suamiku yang mulai loyo. Terkadang aku kewalahan mengimbangi permainan seks Ragil.Persah suatu hari, di rumah, kami bertalanjangb ulat selama 14 jam, waktu mandi makan dan sebagainya dan berhubungan seks sampai tiga kali dan kami sama-sama menikmatinya.


loading...

Tamat.